Senin, 12 Oktober 2009

karena aku bermimpi

.........sesuatu yang ada di dalam otak sejak lamaaa.....

'Jadi mengapa kau memilihku?' tanyamu waktu itu.
'Maksudmu?' ah, lebih dari ketidakpahaman akan pertanyaanmu, kata-kata itu aku ucapkan hanya untuk mengulur waktu.
'Kita sama sekali berbeda.....' ujarmu sedikit tak sabar. 'Jauh sekali dari memiliki persamaan. Kita tidak memiliki sesuatu yang dibagi bersama, tidak ada teman-teman yang bisa menjembatani kita dan yang jelas.....kita tidak berkomunikasi dengan bahasa yang sama...'
'Aku tahu..'kataku sambil menggit sedotan. mendadak gelisah yang tertanam di hatiku lama, meluap. Saking gelisahnya aku harus memalingkan wajah, ingin sekali segera lari dari tempat ini. Sekarang! Secepatnya! Sebelum semuanya terlambat..sebelum semuanya terbuka.
'Aku tidak mengerti...'
'Aku juga tidak mengerti..'
'Tapi kau harus menjelaskan padaku...Karena kau yang memaksakan semua ini. jadi jelaskan padaku apa yanga da dalam pikiranmu.'
'Aku tidak tahu,' kutahan angin dengan tanganku. 'Aku tidak berfikir....'
'Ha???'
"Aku bermimpi!!' akhirnya aku bertukas. memberanikan diri menatap matamu. 'Aku bermimpi...mimpi yang sama berulang-ulang...mimpi yang begitu intens dan emosional..'
'Mimpi??' ada sedikit kilatan aneh di matamu..mungkinkau pikir aku gila. bagaimana mungkin aku memutuskan sesuatu karena mimpi.
'Mimpi itu mulai datang setahun yang lalu....berulang dan terus berulang. Semakin lama semakin intens...seperti terhisap di dalamnya..seperti terengah-engah saat terbangun darinya. padahal menurutku itu mimpi yang biasa..mimpi yang sangat biasa. tapi aku merasa tercengkram di dalamnya,'
'Mimpi apa??' ujarmu akhirnya.
perlu waktu semenit untukku menjawab...sambil menghela nafas, kukatakan padamu, ' aku bermimpi aku tersesat....aku tersesat di jalan berliku yang gelap dan kecil. yang di kanan kirinya adalah pohon-pohon tinggi mengerikan...yang beberapa meter di bawahnya ada jurang tajam yang mengerikan. aku bermimpi, di tengah malam itu, aku tersesat kala menuju makam ibuku. lama sekali aku berjalan, sendirian dalam gelap.lalu kau datang...kau bilang kau akan mengantarku ke sana..kau bilang kau akan menemaniku ke sana. lalu kau membawaku ke rumahmu...kau pertemukan aku dengan ibumu, dan dia membiarkan aku mencium tangannya. lalu kau memberi aku mukena......untuk digunakan untuk sholat bersamamu..' ujarku terengah...
kupandang wajahmu mencari jawaban.....aku telah mengatakan apa yang ingin kau dengar...sekarang giliranmu untuk bicara.....



- ditulis di kantor Premysis 121009....
pertama kali ada di benak pada September 2009...

Rabu, 02 September 2009

kalau kau percaya padaku

monolog Arya pada Sheera dalam Pemberi Mimpi

Last scene..

deep forest Borneo...


Sudah,hentikan
Jgn bicra lg walau sepatah kata
Jgn mendekat lg lebih dr ini
Hadirmu saja sudah membuatku gila
Entah apa yg trjd jika wangimu tertangkap indraku

Sudah jangan bicara lg
Jangan bicara seolah kau tau isi otakku
Jangan merayu seolah memahami isi hatiku
Dan jangan coba mengerti aku,karena aku pun tak mengerti apa yg hrs kulakukan

Sudah,jgn bilang cinta padaku
Jangan pula sentuh aku dgn rasa sayangmu
Dan jangan dekap aku dgn mata indahmu
Karena kau jelas2 tak tahu,betapa gelap isi otakku ttgmu

Jangan minta aku untk bilang cinta pdmu
Jangan paksa aku utk penuhi rasa sayangmu
Aku tidak tahu bagaimana mencintai
Aku tak tahu caranya menyayangi

Sudah duduk saja di sini
Rasakan cintaku dlm diamku
Biarkan hangatku rasuki pori2mu
Dan pastikan janji yg tak terucap olehku
Sudah,jangan lagi mendesakku
Kalau kau cintaiku,kau pasti bisa lihat di dalam mataku
Kalau kau percaya padaku,kau pasti rasakan setiaku
Dan jika kau tulus kau pasti bisa memahami kesungguhanku

Aku tak menjanjikan ini akan mudah
Dan tak mungkin juga akan selalu indah
Tapi jika kau yakin padaku
Aku hanya ingin menjadi tua bersamamu


it was written late Desember 2008, namun telah tersarikan dalam pikiran sejak nonton film The Wedding Singer nya Adam sandler....

Selasa, 28 Juli 2009

aku suk melihatmu tersenyum

aku suka melihatmu tersenyum, atau tertawa lepas meskpun jarang kau lakukan
aku suka menantikan bibirmu yang mengembang
menanti proses senyum simpul yang menjadi tawa hangat

aku suka saat kau tertawa
saat suaramu menggema halus menggelitikku
saat muncul kerut di sudut matamu
dan saat cahaya matamu bersinar seperti memantulkan cahaya bulan

di sisimu aku meraas nyaman, seperti ada perapian hangat di hatiku
yang nyalanya ingin kujaga dan kubagikan padamu
dalam keabadian

aku suka melihatmu tersenyum,
rasa hangatmya mmebuatku mampu bersumpah
seumur hidupku..ingin kuabadikan hati ini.
hanya untuk menjaga agar senyum itu tetap hadir dalam bibirmu
selamanya



surabaya, couple days ago...

Senin, 18 Mei 2009

hujan malam ini

HUJAN MALAM INI

by ISYANA AGUSTINA



Aku baru menyadari kalau hujan pun punya aroma. Aroma yang manis…segar dan sedikit memabukkan. Aroma hujan yang terhirup paru-paruku seperti campuran antara ranting yang patah dan tunpukan daun-daun yang terserak berguguran. Seperti berjalan memasuki bibir hutan. Hnaya saja tanpa keheningan yang menenangkan dan nyayian lirih burung-burung hutan.

Aroma itu kusisap dengan rakus. Memasukkan sebanyak mungkin ke dalam aliran darahku. Mencoba untuk mabuk..mencoba untuk terhisap. Kantuk tak jua menderaku malam itu. Padahal telah lewat tengah malam, padahal telah gelap langit tanpa bintang. Aku tak tahu yang mana yang jadi penyebab kantukku. Apakah 3 jam tidur nyenyak kulewatkan siang tadi, segelas penuh teh hijau yang kuhabiskan sesaat sebelum beringsut ke tempat tidur, ataukah ragam topik yang berlomba berteriak meminta perhatianku. Dan tak satu pun dari mereka yang bisa kukerjakan malam ini.

Di teras balkon aku menatap ke jalan kecil di depan kos-ku. Sepi..hening…tidak ada satu mahkluk hidup pun yang bernafas menemaniku malam ini. Tukang nasi goreng yang biasa mangkal di simpang jalan pun hari ini absen, riuh rendah suara bapak-bapak di kedai kopi yang biasa main catur sampai dini hari pun memilih tidur bersama istrinya di malam dingin ini, bahkan sesosok mungil tikus yang biasa melewati jalan-jalan sempit menuju selokan pun tidak ada. Semuanya bersembunyi, semuanya terlelap. Lampu-lampu kamar dimatikan,, tirai-tirai jendela tertutup rapat. Hanya sayup kudengar suara sirene di kejauhan…entah apa yang terjadi di suatu tempat. Kebakarankah? Sirene ambulanskah? Ataukah ada mobil patroli polisi yang mencegat anak muda yang menyetir ugal-ugalan akibat alkohol yang ditegaknya.

Ah, bodo amat!! Dengan tegas kuusir pikiran tentang berbagai kemungkinan itu. Benakku telah cukup penat dan letih. Pikiran tentang pekerjaan yang tak sabar ingin kuselesaikan di kantor besok, deadline penulisan yang telah kuabaikan beberapa kali, dan tentang dia….

Aku menghela nafas. Biasanya saat pikiranku buntu, aku akan berlari pada ibuku. Wanita suci itu selalu menjadi tempat bertanyaku, selalu menjadi curahan hatiku. Ibuku bukan ilmuwan ternama, pun bukan seorang yang ahli dalam merawi hadis. Dia Cuma perempuan bijak yang penuh cinta. Dan cintanya selalu mendorongku untuk berani mengambil keputusan, selalu mampu meredakan galauku. Tapi ibu telah tiada. Dan hidupku harus kuselesaikan dengan benar, sebagian agar dapat mengadapi ibu dengan bangga pada hari yang dijanjikan. Aku tahu itu. Tapi kadang kala aku masih sangat merindukannya. Dan setiap kali merindukannya, aku melihat ke langit, mencari bintang yag paling terang yang berkerlip di sana. Menatapnya seolah bintang itu adalah pengganti senyum ibuku. Menganggapnya polar star yang akan menuntunku dari ketersesatan.

Tapi hujan menghapus bintang dari langit malam ini. Sekarang tanggal 18, namun tak sebentuk bulan pun yang bersinar di angkasa. Hujan menguasai langit dengan awannya. Dan menebarkan gelap yang semakin membangkitkan gundah gulanaku. Aku teringat lagi akan dia. Dia yang mencuri hatiku pelan-pelan. Berdiam dan menggeliat kuat walau kutekan dan kuredam rapat-rapat. Dia yang membuat perutku mual saat melihatnya, dan tenggorokanku kering karena mau tak mau aku harus berbicara padanya. Aku menyadari kemudian bahwa aku tak bisa lagi berlama-lama dalam tatapan matanya. Tak bisa lagi tertawa lepas saat bersamanya, karena harus meredam detakan jantungku yang memburu. Dan aku mulai sangat sensitif akan sedikit saja perubahan tingkah lakunya. Aku mulai terpenjara akan dia. Aku jatuh cinta padanya.

Kisah cinta tidak akan menjadi kisah cinta jika tanpa air mata. Dan betapa perbedaan mulai menyayat hati dan menumpahkan air mata. Dan betapa rintangan mulai membuat kelelahan dan putus asa. Dan betapa cinta yang tak terungkap kata, tidak mampu meredam prasangka dan rasa cemburu. Dan saat semuanya memuncak, tersemburlah kata-kata yang tak ingin dan tak seharusnya diucapkan.

Aku menangkupkan kedua tangan di mataku, berusaha untuk menghapus wajahnya. Tapi tak mungkin terhapuskan, karena dia telah merajai mimpi-mimpiku dan membuatku buncah dengan hadirnya. Membuatku sadar tak ada jalan keluar selain menghadapi semuanya esok hari. Apa pun yang akan terjadi esok hari.

Sehembusan angin merabai tengkukku. Membuatku mengigil karena angin itu menimbulkan rasa sejuk yang menenangkan. Tiba-tiba semuanya menjadi jelas bagiku, dan aku pun tahu bagaimana harus menghadapinya besok. Tiba-tiba semuanya menjadi terang bagiku, bahwa aku harus mendengar kata hatiku..tanpa memperdulikan rintangan apa pun yang menghadang di depanku. Aku hanya harus percaya….padanya…pada cintaku padanya…dan pada cintanya terhadapku…Cuma itu.

Tiba-tiba sekerlip cahaya tertangkap oleh mataku. Sebuah bintang mengerlip lemah, seperti telah bersusah payah menyingkirkkan awan hitam untuk bertemu denganku. Aku tersenyum padanya. Entah kenapa….tiba-tiba aku mengantuk sekali..



Surabaya, dini hari ini…18 Mei 2009

Kamis, 05 Februari 2009

the love letter

Kepada cinta,
Yang pantulan bening matanya bagai cahaya yang menggenggam hatiku

Kumulai surat ini dengan terbata, begitu bimbang dalam menuliskan isi hatiku. Ya….kali ini kubiarkan kau tahu isi hatiku, bukan hanya mengintip, tapi ingin kuebeberkan seluruh isi hatiku untukmu. Kau selalu berkata padaku, bahwa rasio telah menutupi jejak hatiku. Sehingga kau tak mampu merabanya, sehingga bahkan aku sendiri mungkin tak bisa menelaah apa yang ada di dalamnya. Dan karenanya sulit bagiku untuk merasakan tulus hatimu.

Tidak sayang, kau salah.

Tahukah kau aku mampu merasakan hadirmu, bukan hanya secara fisik, bukan pula hanya getaran dirimu. Tahukah kau, aku mampu merasakan hatimu, yang pancaran hangatnya seperti terbitnya matahari di sebuah lembah yang gelap. Begitu dirindukan, begitu diimpikan.

Kau terkadang membuatku terhanyut, sebegitu hanyutnya sampai sel-sel otakku harus menjerit berteriak memanggil nalarku., mengingatkanku untuk kembali menepi dan berpegangan, mengingatkanku untuk menafikan cintamu, agar jangan lagi aku tersesat dalam gelapnya kabut cinta

Sayang, tahukah kamu tentang aku?
Bukan aku yang selalu tegar di hadapanmu
Bukan aku yang menantang berdiri saat terjatuh
Bukan, bukan aku yang mengenakan topeng itu
Tapi aku, aku yang dalam kerapuhanku sangat mencintaimu,
Aku, yang tak tahu harus berbuat apa tentang cintaku padamu..
Aku yang ingin meraih tanganmu, tapi tak punya cukup keberanian untuk mengulurkan tanganku padamu
Aku…aku yang pernah menutup rapat-rapat hatiku pada geliatan cinta

Mengapa, begitu tanyamu suatu hari. Mengapa kau tidak bisa membiarkan aku masuk dan memayungi hatimu, katamu

Biar kukatakan padamu tentang cinta,
Aku pernah jatuh cinta sekali. Hanya satu kali dalam hidupku.
Kuserahkan seluruh hatiku padanya, hanya untuk melepasnya pergi, saat impianku hampir kugenggam
Lalu hati lain ditawarkan padaku, yang ayunannya membuatku mabuk dan terlena,
Hanya untuk mencecap pengkhianatan dan kemunafikan cinta yang pernah dijanjikannya padaku.
Lalu kututup hatiku untuk cinta,
Dan kuabadikan hariku untuk menafikannya…tak ingin berbagi dengan siapa pun, tak ingin menggandeng tangan siapa pun



Dan kau datang….
Kau tidak memberiku janji, bunga atau apapun kecuali cintamu
Kau hanya berdiri dan merentangkan tanganmu, siap untuk menangkapku.
Kau hanya menunggu, sampai aku jatuh cinta padamu.
Dan aku memang jatuh cinta padamu
Dan aku memang mencintai caramu memandangmu, memuji kesabaran hatimu atasku
Dan diam-diam aku ingin memberikan hatiku padamu

Tapi sayang, apakah benar bahwa cinta saja tidak pernah cukup untuk mendapatkan dia sang pemilik hati?
Aku dan kamu bergerak dalam lingkaran waktu yang berbeda, dalam dunia yang tak mampu kita lepaskan renggutannya. Kau dengan dirimu dan aku…aku yang selalu berada dalam labirin mayaku.

Waktu itu kejam tapi nyata, sayang. Dan waktu terbukti sanggup memisahkan tangan yang tergenggam erat, tanpa belas kasihan, tanpa peringatan, dia mampu melakukan apa pun terhadap kekasih yang mencinta.
Yang tak mampu dilakukannya hanyalah mengobati torehan tajam yang menggaris dalam di hati.
Yang cabikannya mungkin akan berujung pada tangisan abadi.
Dan itu bukan akhir yang kuinginkan untukmu dan aku…
Ini sayang,
Adalah sebuah pertanyaan untukmu,
Apa sebaiknya yang harus kulakukan dengan cintaku padamu?

Kamis, 22 Januari 2009

mati dalam dekapmu

jangan...
jangan datang lagi
jangan mendekat lagi
kau bawa api di telapak tanganmu
racun menguar dari sela jarimu
dan tubuhmu yang memelukku
menghantamkan palu remukkan jantungku

jangan...
jangan menghampiriku
lepaskan tanganku, hiraukan aku
biarkan aku menghilang
masih perih robekan hati yang kau tinggalkan
masih kupunguti ceceran jiwa yang kau lumat
aku mati meski aku berjalan
aku hancur meski tampak utuh

sudah biarkan aku
jangan lagi panggil namaku
jangan lagi teriakkan cintamu padaku
jangan pernah ungkapkan buncahan rindumu padaku
karena aku pun mencintaimu
karena aku masih merindukanmu

namun tak kuingin sekali lagi
mati dalam dekapmu..


surabaya, today...

Minggu, 11 Januari 2009

terkadang

terkadang...
mata hanya ingin melihat apa yang ingin kulihat
telinga hanya mendengar apa yang ingin kudengar
hidung hanya mampu merasakan aroma yang ingin kuhirup
dan kulit hanya ingin merasakan apa yang ingin kusentuh

dimanakah kata hati yang terkadang bisikannya kuindahkan
telah pergikah nurani yang jeritannya kuredam tanpa beban
mampukah kubuka tabir kenyataan tanpa mereka?
sanggupkah aku mengoyak kabut yang melindungiku dari kebenaran?
kebenaran yang walaupun pahit
lebih manis dari fatamorgana berbalut dosa

aku manusia! teriakku tanpa penyesalan
aku berbuat salah!
benar, jawab Tuhanku
tapi kau milikKu, jadi hentikan kesombonganmu!!


surabaya, after the dark..today..